raudhah: Dua anak jalanan yang setiap hari mengamen di terminal terpadu Kota Depok, Jawa Barat berhasil lolos diterima di Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Indonesia (FIB-UI) tahun ajaran 2008-2009.
Kedua anak tersebut adalah Ayatullah Khaimi dan Aish Alim. Keduanya berprofesi sebagai pengamen di terminal Depok dan sebagai pedagang asongan di kereta api.
Pendiri sekolah gratis terminal Depok, Nur Rochim, di Depok, Selasa mengatakan bangga dengan prestasi yang dicapai anak asuhnya, karena dengan keterbatasan sarana dan prasarana belajar mengajar mereka dapat lolos di perguruan tinggi yang menjadi favorit di Indonesia.
"Saya cuma berpesan agar mereka yang tidak mampu jangan putus asa dan tidak minder, teruslah belajar agar tercapai cita-cita," katanya.
Ia mengatakan anak jalanan yang bersekolah ditempat tersebut, bebas mengatur jadwal belajar sendiri. Mereka tetap dapat melakukan aktivitas sehari-harinya tanpa menganggu jam belajar.
Dalam sehari, ada tiga sesi belajar yakni pagi, siang dan sore. Dengan jadwal yang fleksibel tersebut para siswa dapat mengikuti pelajaran.
Pada awal terbentuknya sekolah tersebut kata Nur Rochim, banyak anak jalanan, pengemis cilik, dan pengamen berkeliaran di sekitar terminal Depok. Maka muncul ide untuk merangkul mereka melalui pendidikan, itulah konsep awal lahirnya sekolah terminal.
"Jiwa saya tergerak untuk mendirikan sekolah tersebut untuk mengubah gaya hidup mereka yang terkesan brutal, liar dan seenaknya," kata Nur Rochim.
Sekolah di terminal tersebut yang memang gratis bagi para anak jalanan, seperti para pengemis, dan pengamen yang sering beroperasi di sekitar terminal tersebut.
Seiring dengan waktu karena semakin tingginya biaya pendidikan, maka yang bersekolah gratis diterminal Depok tersebut meningkat tajam.
Menurunnya kemampuan ekonomi masyarakat bawah akibat kenaikan bahan bakar minyak (BBM) semakin bertambah dengan biaya masuk sekolah yang terbilang mahal di Depok. (mo/hr)









Tidak ada komentar:
Posting Komentar